Wednesday, September 19, 2012

Cerpen: Antara Kerja Keras Dan Kelembutan Hati Si Nenek Pemulung



Tatit Hari Pamungkas
NIM/BP 17356/2010
Tempat pengepulan barang rongsokan itu hanyalah usaha kecil yang dijalankan oleh pak Hamid, ia adalah bapaknya Ardi, kawan saya. Tempatnya kumuh, penuh dengan botol-botol bekas, penuh barang-barang rongsokan lainnya, malah kumpulan barang rongsokan itu bisa dikatakan tumpukan sampah. Pagarnya hanya terbuat dari atap seng. Pintunya terbuat dari kayu dan juga dilapisi dengan seng dibagian depannya.
Tempat pengepulan barang rongsokan itu sering didatangi oleh para pemulung yang ingin menjual barang rongsokan yang telah didapatkannya. Sangat miris melihat para pemulung itu, pakaiannya kumuh, begitu juga badannya. Pemulung-pemulung itu terdiri dari anak-anak hingga orang tua yang seharusnnya tidak sanggup lagi bekerja.
Namun, dibalik kekumuhan tempat pengumpulan barang rongsokan itu, terdapat supermarket yang begitu mewah didekatnya, jaraknya sekitar 20 meter. Didepan supermarket tersebut dijadikan tempat untuk mengais rezeki bagi pengemis dan gelandangan. Kerjanya hanya meminta-minta uang. Ada yang meminta-minta di tangga masuk supermarket, dan di jalan depan supermarket.
Yang lebih memiriskan hati, pengemis-pengemis itu bukan saja memiliki tubuh yang kumuh namun juga memiliki kelainan fisik. Ada yang buta, ada yang punya kaki hanya satu, ada yang tangannya bunting, dan macam-macam. Keadaan mereka sungguh menyedihkan, terlebih bagi pengemis yang berusia lanjut dan anak-anak. Ntah kemana peran pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya.
***
Suatu pagi, seperti biasanya, aku ada perkuliahan pagi ini. Kebetulan untuk menuju ke kampus ku, aku harus melewati tempat pengepulan barang rongsokan dan supermarket itu. Tapi yang lebih utama aku selalu mengunjungi tempat pengepulan barang bekas itu dahulu untuk mengajak pergi ke kampus bareng Ardi--dia adalah kawan sejurusan dengan ku, juga kawan sekelas—seperti biasa kami selalu berangkat bareng kalau ada mata kuliah yang sama jadwalnya.
Waktu sampai di depan pengepulan, padahal masih jam 6.30 namun sudah ada seorang nenek yang sudah mengantarkan barang rongsokannya untuk dijual. Aku terheran kenapa pagi-pagi sudah menjual barang rongsokan. Aku Tanya kepada nenek tersebut, dia menjawab “ini barang cadangan nenek, yang dijual kalau nenek sedang tidak sehat dan sedang tidak sanggup memulung, nak” sambil terbatuk beberapa kali.
Aku termenung sejenak, hingga akhirnya memutuskan untuk memanggil Ardi saja. Tapi sebelum aku mengetuk pintu rumahnya--terletak di belakang tempat usahanya--dia sudah muncul. Kebetulan, aku tidak perlu teriak untuk memanggilnya. Dia sudah mandi, dan ternyata si nenek juga baru ketemu dengan Ardi. Nenek menunggu karna Ardi tadi sedang mandi.
Tanpa banyak buang waktu, kami bergegas berangkat ke kampus. Untuk melayani si nenek, ardi memanggil bapaknya untuk segera melayani si nenek yang sudah lama menunggu tadi.
***
Aku penasaran dengan nenek yang tadi. Ku bongkar rasa penasaran ini dengan bertanya kepada Ardi, “di, siapa sih nenek yang tadi tuh?” kemudian Ardi menjawab “ia, seorang nenek yang sangat miskin, ia hanya tinggal dengan anak laki-lakinya yang cacad mental. Penghasilannya hanya dari memulung”. Aku bertanya lagi “memang Cuma satu ya anaknya? Kalau ada yang lainnya, lantas pada dimana?”. Ardi menjawab dengan bahu terangkat “aku nggak tau, kata orang sih dia punya banyak anak, tapi nth iya atau nggak. Tapi aku yakin anaknya Cuma satu, yang cacad mental itu”. Aku tidak bertannya lagi. Padahal sejumlah pertanyaan terlintas dipikiran ku namun seolah-olah Ardi tak kan mampu menjawabnya.
Tak lama kemudian, kami sampai dikampus dan masuk ke kelas. Tapi dosen belum datang, akhirnya aku dan Ardi beserta kawan-kawan lainnya menunggu dosen tiba sambil menghisap rokok dan duduk duduk menyandar di dinding luar kelas.
***
Kuliah hari ini sudah selesai. Aku dan Ardi kembali pulang bebarengan. Kami kembali melewati supermarket yang megah itu. Ternyata kami melihat nenek tadi. Ia sedang berbicara dengan seorang pengemis. Nampak si nenek mengeluarkan beberapa uang dan memberikan  kepada pengemis itu. Aku terkejut dan heran kenapa si nenek mau memberikan uangnya padahal si nenek dalam keadaan kurang sehat dan sedang butuh uang juga.
Mungkin Ardi tau apa yang sedang berkecamuk dalam pikiran ku. Ardi langsung bicara kepada ku “jangan heran, nenek itu memang miskin tapi ia punya hati yang baik. Ia rela berbagi dengan orang lain”. Aku menjawab “oo….sungguh mulia hati nenek itu. Padahal dia kata nenek tadi dia menjual barang rongsokan yang dia cadangkan untuk saat yang mendesak, dan keadaan nenek sekarang ini sebenarnya sedang terdesak, dia sedang tidak bisa bekerja karna kesehatannya sedang terganggu…” . Ardi memotong percakapan “ya, begitulah dia. Hatinya mulia”.
***
Kini aku mulai sering mendengar cerita tentang nenek pemulung itu dari banyak orang. Ceritanya tak lebih sebagai seorang nenek miskin nan baik hati. Aku mulai tertarik dengan kisah hidupnya. Aku berencana menuliskan kisahnya menjadi sebuah novel. Namun karna tugas kuliah lapangan di daerah lain, aku tunda rencanaku hingga minggu depan, karna untuk menyelesaikan tugas lapangan ku membutuhkan waktu satu minggu.
***
Hari ini hari minggu, sudah waktunya mengakhiri tugas lapangan ku dan bergegas kembali pulang. Sesampainya di rumah, aku mulai memikirkan kerangka novel ku, cerita tentang apa saja yang harus aku  dapatkan dari nenek. Begitu siap, aku mulai berangkat menuju tempat pengepulan barang rongsokan pak Hamid. Barangkali nenek ada disana.
Sesampainya di tempat usaha pak Hamid, ternyata si nenek sedang tidak ada disana, kenudian aku bertanya kepada pak Hamid tentang keberadaan si nenek yang cirri-cirinya ku ceritakan kepada pak Hamid. Beruntung pak Hamid mengenalnya. “nenek itu sudah meninggal 3 hari yang lalu” kata pak Hamid. Aku sangat terkejut mendengarnya, aku menjawab dengan nada terkejut “inanilahi….kenapa dia meninggal pak? Pak hamid menjawab “ia meninggal karena tertabrak mobil ketika menolong menyeberangakan jalan  pengemis yang buta. Supir mobil itu dalam keadaan ngantuk sehinggan mobil yang dibawanya oleng dan menumbur si nenek, beruntung pengemis yang buta itu selamat karna didorong oleh nenek”. Miris rasanya mendengar cerita peristiwa itu, “lantas bagaimana dengan anaknya yang cacad itu pak? Kemudian pak hamid menjawab “anak yang cacad itu dibawa oleh kakaknya” aku memotong pembicaraan “tapi ia tidak punya anak lain pak? Pak Hamid menjawab “itulah kebesaran allah, asal kamu tau, ternyata yang menabrak nenek itu adalah kawan dari anaknya si nenek, pengendara mobil itu kenal si nenek, kemudian menelepon seorang pria. Ketika pria itu tiba dilokasi kejadian dengan menggunakan mobil yang mewah dan dandanan ala orang kaya, pria itu langsung memeluk si nenek dan menggotongnya masuk kedalam mobil. Begitu ditanya oleh pihak polisi yang ada ditempat kejadian. Ternyata pria itu adalah anak ke-empatnya. Ia seorang dokter. Pria itu menjelaskan sebenernya nenek ini adalah ibu kami. Kami lima bersaudara, anak yang pertama adalah seorang kepala Rumah Sakit, yang kedua adalah seorang pengusaha ekspor-impor, yang ketiga adalah seorang manager perusahaan tambang asing, di Papua, dan yang ke-lima adalah seorang yang cacad mental yang tinggal bersama nenek selama 5 tahun terakhir ini. Nenek adalah seorang pekerja keras, ia tidak mau hidup dengan hanya menerima uang dari anak-anaknya. Sehingga ia memilih untuk hidup berdua dengan adik saya yang bungsu. Dan si nenek itni atau emak saya ini meminta kepada kami untuk merahasiakan yang sesungguhnya.” Begitu informasi yang didapat oleh pak Hamid. 
Aku terduduk setelah mendengar cerita pak Hamid tadi. Kini aku sadar, ternyata seorang yang dalam keadaan miskin hingga tua tidak selalu orang-orang yang tidak pekerja keras. Aku belajar dari seorang nenek yang tua, lemah, dan keriput. Aku belajar tentang kebaikan hatinya, kerendahan hatinya, dan semangat kerja yang kuat.

Pengertian Makna


BAB 1
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Kita tentunya sudah tahu tentang dua istilah "arti" dan "makna". Umumnya orang menanggap bahwa "arti" dan "makna" itu adalah sama. Padahal tidak demikian. Kedua istilah itu mengandung pengertian yang berbeda.
Arti adalah denotasi. Sedangkan makna adalah konotasi. Kadang-kadang "makna" itu selaras dengan "arti" dan kadang tidak selaras. Apabila makna sesuatu itu sama dengan arti sesuatu itu, maka makna tersebut disebut Makna Laras (Explicit Meaning). Apabila maknanya tidak selaras dengan "arti", maka sesuatu itu disebut memiliki Makna Kandungan (Implicit Meaning) atau Makna Lazim (Necessary Meaning). Maka dari itu, makalah ini dibuat agar kita lebih memahami apa yang dimaksud dengan makna.
  1. Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis dengan tujuan:
1.      Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang pengertian makna dan aspek-aspek makna.
2.      Mendapatkan nilai dari mata kuliah semantik.


BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Makna
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1.   Maksud pembicara;
2.   Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;
3.   Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan
4.   Cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).
Bloomfied (dalam Abdul Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti.
Dari pengertian para ahli bahsa di atas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.
  1. Aspek-aspek Makna
Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :
1. Pengertian (sense)
Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati bersama. Lyons (dalam Mansoer Pateda, 2001:92) mengatakan bahwa pengertian adalah sistem hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain di dalam kosakata.
2. Nilai rasa (feeling)
Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan.dengan kata lain, nilai rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata0kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan maupun penilaian. Jadi, setiapkata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan.
3. Nada (tone)
Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara terhadap kawan bicara ( dalam Mansoer Pateda, 2001:94). Aspek nada berhubungan pula dengan aspek makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.
4. Maksud (intention)
Aspek maksud menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001: 95) merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan. Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik.
Aspek-aspek makna tersenut tentunya mempunyai pengaruh terhadap jenis-jenis makna yang ada dalam semantik. Di bawah ini akan dijelaskan seperti apa keterkaitan aspek-aspek makna dalam semantik dengan jenis-jenis makna dalam semantik.
1. Makna Emotif
Makna emotif menurut Sipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:101) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan. Dicontohkan dengan kata kerbau dalam kalimat Engkau kerbau., kata itu tentunya menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Dengan kata lain,kata kerbau tadi mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan sikap atau poerilaku malas, lamban, dan dianggapsebagai penghinaan. Orang yang dituju atau pendengarnya tentunya akan merasa tersimggung atau merasa tidak nyaman. Bagi orang yang mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan kepadanya tentunya akan menimbulkan rasa ingin melawan. Dengan demikian, makna emotif adalah makna dalam suatu kata atau kalimat yang dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan dengan perasaan. Makna emotif dalam bahasa indonesia cenderung mengacu kepada hal-hal atau makna yang positif dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu perubahan nilai.
2. Makna Konotatif
Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif (Fathimah Djajasudarma, 1999:9). Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau didengar. Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga desa. Kata nunga dalam kalimat tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan menjadi idola di desanya sebagai akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata bunga yang ditambahkan dengan salah satu unsur psikologis fisik atau sosial yang dapat dihubungkan dengan kedudukan yang khusus dalam masyarakat, dapat menumbuhkan makna negatif.
3. Makna Kognitif
Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponenya (Mansoer Pateda, 2001:109). Kata pohon bermakna tumbuhan yang memiliki batang dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan kokoh. Inilah yang dimaksud dengan makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud pikiran.
4. Makna Referensial
Referen menurut Palmer ( dalam Mansoer Pateda, 2001: 125) adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses.
Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis komponen.
5. Makna Piktorikal
Makna piktorikal menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:122) adalah makna yamg muncul akibat bayangan pendengar ataupembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman tentang makna kata yang diujarkan atau ditulis, misalnya kata kakus, pendengar atau pembaca akan terbayang hal yang berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kakus, seperti kondisi yang berbau, kotoran, rasa jijik, bahkan timbul rasa mual karenanya.

BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Jadi yang dimaksud makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Jenis-jenis makna terbagi menjadi makna emotif, makna konotatif, makna kognitif, makna referensial, dan makna piktorikal.

Pengertian Wacana

Wacana berasal dari bahasa Inggris discourse, yang artinya antara lain ”Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya.” Pengertian lain, yaitu ”Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.” Jadi, wacana dapat diartikan adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau logis. Dalam wacan,a setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan.
Setiap wacana memiliki tema sebab tema merupakan hal yang diceritakan atau diuraikan sepanjang isi wacana. Tema menjadi acuan atau ruang lingkup agar isi wacana teratur, terarah dan tidak menyimpang ke mana-mana. Sebelum menulis wacana, seseorang harus terlebih dahulu menentukan tema, setelah itu baru tujuan. Tujuan ini berkaitan dengan bentuk atau model isi wacana. Tema wacana akan diungkapkan dalam corak atau jenis tulisan seperti apa itu bergantung pada tujuan dan keinginan si penulis. Setelah menetapkan tujuan, penulis akan membuat kerangka
karangan yang terdiri atas topik-topik yang merupakan penjabaran dari tema. Topik-topik itu disusun secara sistematis. Hal itu dibuat sebagai pedoman agar karangan dapat terarah dengan memperlihatkan pembagian unsur-unsur karangan yang berkaitan dengan tema. Dengan itu, penulis dapat mengadakan berbagai perubahan susunan menuju ke pola yang sempurna. Membuat kerangka karangan sangat dianjurkan sebelum penulisan, terutama bagi pengarang pemula.

Kerangka karangan bermanfaat sebagai berikut.
1. Pedoman agar penulisan dapat teratur dan terarah.
2. Penggambaran pola susunan dan kaitan antara ide-ide pokok/topik.
3. Membantu pengarang melihat adanya pokok bahasan yang
    menyimpang dari topik dan adanya ide pokok yang sama.
4. Menjadi gambaran secara umum struktur ide karangan sehingga
    membantu pengumpulan bahan-bahan pustaka yang diperlukan.

Agar penyusunan kerangka karangan dapat efektif menjadi acuan pembuatan karangan, langkah yang mesti ditempuh oleh pengarang untuk menyusun kerangka karangan adalah seperti berikut.
(1) Menentukan tema/topik karangan
(2) Menjabarkan tema ke dalam topik-topik/subtema
(3) Mengembangkan topik-topik menjadi subtopik
(4) Menginvestaris sub-sub topik
(5) Menyeleksi topik dan sub-subtopik yang cocok
(6) Menentukan pola pengembangan karangan

Kerangka karangan dapat ditulis dalam dua bentuk, berikut.
1. Kerangka kalimat, ialah kerangka karangan yang disusun dalam bentuk kalimat-
    kalimat lengkap yang menjabarkan ide-ide pokok karangan.
2. Kerangka topik, ialah kerangka karangan yang dituangkan dalam bentuk frasa dan                                         
    klausa sehingga tampak lebih praktis. Penyusunan kerangka karangan dapat                                              
    berbentuk kalimat dan frasa a tau klausa sekaligus, meskipun yang lebih banyak                                                    
    digunakan adalah kerangka topik. Berikut contoh kedua bentuk penyusunan                                     
    kerangka     karangan tersebut.

Contoh kerangka kalimat:
Membuka usaha warnet di tengah perkembangan teknologi informasi.
1. Masuknya ajaran komputer di sekolah-sekolah menambah pengetahuan
    tentang teknologi informasi.
2. Perkembangan sarana komputer menjadi sarana jaringan informasi
     melalui internet.
3. Penggunaan internet menjadi kebutuhan remaja dan anak sekolah.
4. Memanfaatkan minat remaja dan anak sekolah dengan membuka
warnet.

Contoh kerangka topik
Antisipasi lonjakan arus mudik lebaran :
1. Jumlah Pemudik Lebaran
    a. perkiraan lonjakan jumlah pemudik
    b. sarana angkutan yang dipersiapkan
    c. sarana angkutan yang diandalkan
2. Pengaturan jalur Jakarta-Surabaya
    a. jalur utara
    b. jalur selatan
    c. kemacetan lalu lintas dan usaha pencegahannya
3. Petunjuk pemanfaatan jalur
    a. dari DLLAJR
    b. dari instansi terkait

Jenis-Jenis Wacana

Berdasarkan bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi
wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi.

1. Narasi

Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian                                                 
atau peristiwa. Narasi dapat berisi fakta, misalnya biografi (riwayat seseorang), otobiografi/riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri, atau kisah pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi ekspositorisNarasi bisa juga berisi cerita khayal/fiksi atau rekaan seperti yang biasanya terdapat pada cerita novel atau cerpen. Narasi ini disebut dengan narasi imajinatif.

Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah:
(1) kejadian,
(2) tokoh,
(3) konflik,
(4) alur/plot.
(5) latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.

Narasi diuraikan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung yang menyatakan waktu atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan harinya, atau setahun kemudian kerap dipergunakan.
Tahapan menulis narasi, yaitu sebagai berikut.
(1) menentukan tema cerita
(2) menentukan tujuan
(3) mendaftarkan topik atau gagasan pokok
(4) menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara
      kronologis atau urutan waktu.
(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan.  Kerangka karangan yang bersifat     
      naratif dapat dikembangkan dengan pola urutan waktu. Penyajian berdasarkan
      urutan waktu adalah urutan yang didasarkan pada tahapan-tahapan peristiwa atau
      kejadian. Pola urutan waktu ini sering digunakan pada cerpen, novel, roman, kisah  
      perjalanan, cerita sejarah, dan sebagainya.

2. Deskripsi

Kata deskripsi berasal dari bahasa latin discribere yang berarti gambaran, perincianatau pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan pengalaman penulisnya. Tujuannya adalah pembaca memperoleh kesan atau citraan sesuai dengan pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulis sehingga seolah-olah pembaca yang melihat, merasakan, dan mengalami sendiri obyek tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.

Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu
sebagai berikut.
a. Deskripsi Imajinatif/Impresionis ialah deskripsi yang menggambarkan
    objek benda sesuai kesan/imajinasi si penulis.
b. Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek  
    berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat. Kita dapat membuat   
    karangan deskripsi secara tidak langsung, yaitu dengan mengamati informasi dalam
    bentuk nonverbal berupa gambar, grafik, diagram, dan lain-lain. Apa saja yang
    tergambarkan dalam bentuk visual tersebut dapat menjadi bahan atau fakta yang
    akurat untuk dipaparkan dalam karangan deskripsi karena unsur dasar karangan ini
    adalah pengamatan terhadap suatu objek yang dapat dilihat atau dirasakan.

Tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu:
(1) menentukan objek pengamatan
(2) menentukan tujuan
(3) mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan
(4) menyusun kerangka karangan
(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Pengembangan kerangka karangan bercorak deskriptif dapat berupa penyajian parsial atau tempat. Penyajian urutan ini digunakan bagi karangan yang mempunyai pertalian sangat erat dengan ruang atau tempat. Biasanya bentuk karangannya deskriptif. Pola uraiannya berangkat dari satu titik lalu bergerak ke tempat lain, umpamanya dari kiri ke kanan, atas ke bawah, atau depan ke belakang.

3. Eksposisi

Kita eksposisi berasal dari bahasa Latin exponere yang berarti: memamerkan, menjelaskan, atau menguraikan. Karangan eksposisi adalah
karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalahmakalah untuk seminar, simposium, atau penataran.
Untuk mendukung akurasi pemaparannya, sering pengarang eksposisi menyertakan bentuk-bentuk nonverbal seperti grafik, diagram, tabel, atau bagan dalam karangannya. Pemaparan dalam eksposisi dapat berbentuk uraian proses, tahapan, cara kerja, dan sebagainya dengan pola pengembangan ilustrasi, definisi, dan klasifikasi.

Karangan eksposisi juga dapat ditulis berdasarkan fakta suatu peristiwa, misalnya, kejadian bencana alam, kecelakaan, atau sejenis liputan berita. Meskipun bentuk karangannya cenderung narasi, namun kita dapat membuatnya menjadi bentuk paparan dengan memusatkan uraian pada tahapan, atau cara kerja, misalnya cara menanggulangi penyebaran virus flu furung, mengantisipasi wabah DBD dengan 3 M, atau evakuasi korban banjir.

Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu sebagai berikut.
(1) menentukan objek pengamatan,
(2) menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi,
(3) mengumpulkan data atau bahan,
(4) menyusun kerangka karangan, dan
(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola
penyajian berikut:

1). Urutan topik yang ada
Pola urutan ini berkaitan dengan penyebutan bagian-bagian suatu benda, hal   atau peristiwa tanpa memproritaskan bagian mana yang terpenting. Semua bagian dianggap bernilai sama.
2). Urutan klimaks dan antiklimaks
Pola penyajian dimulai dari hal yang mudah/yang sederhana
menuju ke hal yang makin penting atau puncak peristiwa dan
sebaliknya untuk anti-klimaks.

Seperti halnya karangan deskripsi, karangan eksposisi pun sering dibuat berdasarkan gambar, bagan, tabel, matriks, dan sejenisnya. Penyajian bentuk-bentuk nonverbal tersebut bisa dimaksudkan  sebagai objek  untuk dijelaskan, tetapi juga bisa sebgai alat bantu untk mengkonkret penjelasan.

4. Argumentasi

Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang. Karangan argumentasi dapat juga berisi tanggapan atau sanggahan terhadap suatu pendapat dengan memaparkan alasan-alasan yang rasional dan logis.

Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut.
(1) menentukan tema atau topik permasalahan,
(2) merumuskan tujuan penulisan,
(3) mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau
      pernyataan yang mendukung,
(4) menyusun kerangka karangan, dan
(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebabakibat,
akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.
1). Sebab-akibat
     Pola urutan ini bermula dari topik/gagasan yang menjadi sebab
      berlanjut topik/gagasan yang menjadi akibat.
      Contoh:
      a. Sebab-sebab kemacetan di DKI Jakarta
a) Jumlah penggunaan kendaraan
b) Ruas jalan yang makin sempit
c) Pembangunan jalur busway
      b. Akibat-akibat kemacetan
a) Terlambat sampai di kantor
b) Waktu habis di jalan
            2). Akibat-sebab
      Pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibat
     dan dilanjutkan dengan hal-hal yang menjadi sebabnya.
     Contoh : Menjaga kelestarian hutan
     1. Keadaan hutan kita
                 2. Fungsi hutan
     3. Akibat-akibat kerusakan hutan
3). Urutan Pemecahan Masalah
     Pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang menggambarkan
                 masalah kemudian mengarah pada pemecahan masalah.
     Contoh :     Bahaya narkoba dan upaya mengatasinya
                        1. Pengertian narkoba
                                    2. Bahaya kecanduan narkoba
a. pengaruh terhadap kesehatan
b. pengaruh terhadap moral
c. ancaman hukumannya
3. Upaya mengatasi kecanduan narkoba
4. Kesimpulan dan saran

Ada bermacam-macam cara metode untuk membuat atau memperkuat arguumentasi antara lain sebagai berikut:
  1. Kausal: pembenaran pendapat dengan mengemukakan alasan  yang berupa sebab-akibat atau akibat-sebab.
  2. keadaan yang memaksa: pembenaran pendapat dengan mengembangkan berbagai jalan buntu sehingga tidak ada jalan alternatif lain
  3. analogi: pembenaran pendapat berdasarkan asumsi bahwa jika dua hal memiliki banyak persamaan maka dalam hal lain tentu ada yang sama pula.
  4. perbandingan: pembenaran perndapat dengan cara membandingkan dua hal , situasi dan kondisi.
  5. pertentangan: pembenaran pendapat dengan mempertentangkan dua situasi /kondisi
  6. kesaksisan: pembenaran pendapat dengan menggunakan / mendasarkan pada keterangan saksi
  7. autoritas: pembenaran pendapat dengan mendasarkan pendapat ahli
  8. generalisasi: pembenaran pendapat/ simpulan berdasarkan data/fakta/ contoh atau kejadian-kejadian yang bersifat khusus.

5. Persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.
Langkah menyusun persuasi:
  1. Menentukan topik/tema
  2. Merumuskan tujuan
  3. Mengumpulkan data dari berbagai sumber
  4. Menyusun kerangka karangan
  5. Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi
Ada bermacam-macam  cara (metode) untuk membuat atau memperkuat persusasi, antara lain sebagai berikut:
  1. Rasionalisasi: Mencari-cari alasan
  2. Identifikasi: Menyamakan diri dengan pendengar
  3. Sugesti: Kata-kata yang tinggi kekuatannya sehingga dapat mempengaruhi orang lain
  4. Kompensasi: mencari pengganti
  5. Proyeksi: Melempar kesalahan
  6. Menakut-nakuti:
  7. Membeber keunggulan/keuntungan