Friday, March 15, 2013

Ungkapan Tradisional (peribahasa) Desa Panca Mulya Kecamatan sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi


LEMBARAN PENCATATAN DAN PANDUAN WAWANCARA
PENGUMPULAN DATA SASTRA LISAN

                                    Ciri media rekaman : Audio
                                                                        Ciri salinan: Blackberry Davis 9220    

n  I.  Judul sastra lisan                   : Ungkapan Tradisional (Peribahasa)
l  Genre                                         : Foklor Sebahagian Lisan
l  Daerah Asal                               : Desa Panca Mulya, Kecamatan Sungai
                                                    Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Pro
                                                    vinsi Jambi
                            
l  Suku Bangsa/ Suku pemilik       : Indonesia/Melayu Jambi

n   II. Pencerita/Informan
l  Nama                                         : Imam (Informan 1)
l  Tempat, tanggal lahir                 : Desa Panca Mulya, 20-07-1972
l  Jenis kelamin                             : Laki-laki
l  Pekerjaan                                   : Petani
l  Suku bangsa/suku                      : Melayu Jambi
l  Bahasa yang dikuasai                : Bahasa Jambi
l  Tempat perekaman                    : Di Rumah Informan
l  Tanggal perekaman                    : 29 Februari 2013

n   III. Keterangan tentang lingkungan penceritaan
l  Dari siapakah, di mana, dan kapan, pencerita menerima sastra lisan itu?
Menurut informan peribahasa itu didapat dari orangtuanya. Peribahasa itu didapat secara turun temurun dari nenek moyang.
l  Pada kesempatan apa sastra lisan itu diceritakan?
Menurut informan, kesempatan sastra lisan itu diceritakan ketika informan telah melakukan perbuatan yang dianggap salah, kemudian diberi nasehat dan nasehat itu diantaranya terdiri dari peribahasa.
l  Untuk maksud apa dan oleh siapa sastra lisan itu diceritakan?
Menurut informan sastra lisan itu dimaksudkan untuk memberi nasehat dan mengingatkan.
l  Kepada siapa sastra lisan itu diceritakan?
Sastra lisan itu diceritkan kepada seluruh anggota keluarga.
l  Bagaimana suasana penceritaan?
Suasana penceritaan sangat santai. Informan terasa bersahabat dengan peneliti.

n  IV. Pendapat/Opini

l  Bagaimana pendapat/opini pencerita terhadap sastra lisan itu?
Menurut informan, peribahasa itu sangat bermanfaat bagi perilaku seseorang. Peribahasa itu harus dilestarikan dan diturunkan kepada anak cucu agar anak cucu bisa menjadikan peribahasa sebagai pedoman yang bisa menjadikan sikap dan perilakunya baik, juga agar keberadaan peribahasa itu tidak hilang.
l  Bagaimana pendapat/opini pengumpul data?
Peribahasa itu bermaanfaat bagi seseorang. Karna berisi nasihat-nasihat yang berguna bagi perilaku seseorang.
l  Mengapa mereka berpendapat demikian?
Karena mereka bisa mendapat pelajaran dari peribahasa-peribahasa tersebut. Patut bila peribahasa itu diyakini kebenarannya dan manfaatnya bagi sikap dan perilaku.
n  V. Pengumpul data
l  Nama                             : Tatit Hari Pamungkas
l  Tempat, tanggal lahir     : Desa Panca Mulya, 27-08-1991
l  Jenis kelamin                 : Laki-laki
l  Alamat                           : Desa Panca Mulya, Kecamatan Sungai Bahar,
                                        Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

LEMBARAN PENCATATAN DAN PANDUAN WAWANCARA
PENGUMPULAN DATA SASTRA LISAN
                                                         Ciri media rekaman: Audio
                                                         Ciri salinan: Ponsel Blackberry Davis 9220 

n  I.  Judul sastra lisan                   : Ungkapan Tradisional (Pribahasa)
l  Genre                                         : Foklor Sebahagian Lisan
l  Daerah Asal                               : Desa Panca Mulya, Kecamatan Sungai
                                                    Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Pro
                                                    vinsi Jambi
l  Suku Bangsa/ Suku pemilik       : Indonesia/Melayu Jambi

n   II. Pencerita/Informan
l  Nama                                         : Yopan Abas (Informan 2)
l  Tempat, tanggal lahir                 : Jambi, 2 Desember 1975
l  Jenis kelamin                             : Laki-laki
l  Pekerjaan                                   : Pedagang
l  Suku bangsa/suku                      : Melayu Jambi
l  Bahasa yang dikuasai                : Bahasa Jambi dan Bahasa Indonesia
l  Tempat perekaman                    : Di toko informan
l  Tanggal perekaman                    : 29 Februari 2013

n   III. Keterangan tentang lingkungan penceritaan
l  Dari siapakah, di mana, dan kapan, pencerita menerima sastra lisan itu?
Menurut informan, ia sudah mendapatkan ungkapan tradisional ini sejak kecil, yaitu sekitar umur 10-11 tahun. Ia mendapatkannya dari bapak dan ibu informan juga dari orang-orang tua lain yang bermukim di sekitar tempat tinggal informan.
l  Pada kesempatan apa sastra lisan itu diceritakan?
Menurut informan, kesempatan sastra lisan itu diceritakan pada waktu informan sedang bermain atau bertemu dengan orang-orang tua pada saat informan masih kanak-kanak. Informan menceritakan bahwa ia semasa kecil termasuk anak yang nakal. Maka dari itu, informan sering diberi nasehat melalui  peribahasa oleh orang-orang tua dulu.
l  Untuk maksud apa dan oleh siapa sastra lisan itu diceritakan?
Menurut informan sastra lisan itu dimaksudkan supaya ia bisa bersikap baik dan benar. Sastra Lisan itu didapatkan dari orang-orang tua dulu.
l  Kepada siapa sastra lisan itu diceritakan?
Sastra lisan itu diceritkan kepada semua orang di daerah informan.
l  Bagaimana suasana penceritaan?
Suasana penceritaan pada waktu santai.
n  IV. Pendapat/Opini
l  Bagaimanaa pendapat/opini pencerita terhadap sastra lisan itu?
Informan percaya bahwa sastra lisan itu memang benar, karna informan sering menemui hal-hal atau kejadian seperti yang disampaikan oleh orang tua dulu.
l  Bagaimana pendapat/opini pengumpul data?
Menurut saya, sastra lisan itu benar, karna sikap informan saat ini tidak menunjukkan kenakalannya sebagaimana sikap informan dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa sastra lisan yang diterima informan memang berguna bagi perbaikan sikap dan perilaku informan.
l  Mengapa mereka berpendapat demikian?
Informan berpendapat demikian karena informan merasakan betul kebenaran dari sastra lisan tersebut dengan hal-hal yang sering informan temui dalam kehidupan sehari-hari.
n  V. Pengumpul data
l  Nama                             : Tatit Hari Pamungkas
l  Tempat, tanggal lahir     : Desa Panca Mulya, 27-08-1991
l  Jenis kelamin                 : Laki-laki
l  Alamat                           : Desa Panca Mulya, Kecamatan Sungai Bahar,
                                        Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi

Transkripsi Ungkapan Tradisional (peribahasa) Desa Panca Mulya Kecamatan sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi

1.      Buluh tuo menyesak kalau ditebang dak beguno.
2.      Elok cakap tengah berumbuk, buruk cakap serambi berumbuk.
3.      Jangan bepikir sekali sudah behemat sekali abis.
4.      Jatuh di tempat nan rato, anyut di arus nan tenang.
5.      Keruh aek di ilir prikso di ulunyo, senak aek di ulu prikso di muaronyo.
6.      Laksano kayu di dalam utan patah tumbuh ilang beganti.
7.      Macam narik benang dalam tepung, benang dak putus tepung dak teserak.
8.      Pandang aek pandanglah tubo pandang ikan nan kan binaso.
9.      Salah langkah kaki patah, salah jangkau tangan putus.
10.  Ukur mato angan diliat sajo, ukur telingo jangan didengar sajo, kurang sisik tunas menjadi, kurang siang rumput tumbuh.
11.  Orang kayo betabur urai, urang mulio betabur budi.
12.  Hendak balam padi rebah.
13.  Tonggak nan idak dapat digoyangkan, cermin besak nan idak kabur.
14.  Tebing runtuh tepian beranak, tanjung putus teluk beralih.
15.  Patah lidah utang tumbuh, patah keris badan binaso.

Transletrasi Ungkapan Tradisional (peribahasa) Desa Panca Mulya Kecamatan sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
1.      Buluh tuo menyesak kalau ditebang dak beguno (buluh tua pecah-pecah kalau ditebang tidak berguna lagi)
Artinya: orang yang banyak berbuat kesalahan tidak bisa dipercaya lagi.
2.      Elok cakap tengah berumbuk, buruk cakap serambi berumbuk (bagus berbicara tengah berembuk, jelek berbicara serambi berembuk).
Artinya: setiap perkara jangan dihadapi sendiri, sebaiknya dirembukkan dengan pihak lain.
3.      Jangan bepikir sekali sudah behemat sekali abis (jangan berpikir satu kali sudah berhemat satu kali habis).
Artinya: Tidak baik mengambil keputusan dengan sekali piker. Orang harus brhati-hati mengambil keputusan.
4.      Jatuh di tempat nan rato, anyut di arus nan tenang (jatuh ditempat yang rata, hanyut di arus yang tenang).
Artinya: orang kalau sudah merasa aman sering lengah, dan jika tiba-tiba terkena masalah, merasa sulit untuk mengatasinya.
5.      Keruh aek di ilir prikso di ulunyo, senak aek di ulu prikso di muaronyo (keruh air di hilir periksa di hulunya, dalam air di hulunya periksa di muaranya).
Artinya: Usut semua kejadian dengan cermat sambil meneliti tempat dan sebab terjadinya peristiwa itu.
6.      Laksano kayu di dalam utan patah tumbuh ilang beganti. (laksana kayu di dalam hutan patah tumbuh hilang berganti).
Artinya: semua orang diharapkan ikut menyiapkan dan bertanggung jawab terhadap lancarnya proses, serta membimbingnya denga berbagai macam keteladanan yang berguna.
7.      Macam narik benang dalam tepung, benang dak putus tepung dak teserak. (seperti menarik benang dalam tepung, benang tidak putus tepung tidak berserak).
Artinya: gambaran dari perselisihan yang harus diselesaikan dengan bijak, sehingg kedua belah pihak merasa tidak dirugikan.
8.      Pandang aek pandanglah tubo pandang ikan nan kan binaso. (pandang aek pandanglah tuba pandang ikan yang akan binasa).
Artinya: mencari jodoh hendaknya yang sebanding. Sebagaimana orang membuat racun dari tuba harus mengetahui dosis yang tepat agar ikan menjadi mabuk tetapi tidak sampai mati.
9.      Salah langkah kaki patah, salah jangkau tangan putus.
Artinya: bila perbuatan tidak sesuai dengan ketentuan akan mendatangkan kesulitan.
10.  Ukur mato jangan diliat sajo, ukur telingo jangan didengar sajo, kurang sisik tunas menjadi, kurang siang rumput tumbuh.(ukir mata jangan dilihat saja, ukur telinga jangan didengar saja, kurang petik tunas menjadi, kurang disiangi rumput tumbuh).
Artinya: berhati-hatilah dalam menafsirkan segala sesuatu agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
11.  Orang kayo betabur urai, urang mulio betabur budi. (orang kaya bertabur emas, orang mulia bertabur budi).
Artinya: orang yang berjiwa mulia dapat memberikan kenikmatan batin kepada orang lain. Orang yang berbudi luhur selalu terbuka hatinya untuk memberikan bantuan baik berupa materi, nasihat atau pemikiran yang bermanfaat.
12.  Hendak balam padi rebah.(kehendak balam padi rebah).
Artinya: orang meminta selalu berharap keiinginannya dikabulkan tanpa dipersulit sedikit pun.
13.  Tonggak nan idak dapat digoyangkan, cermin besak nan idak kabur.(tonggak yang tidak dapat digoyangkan, cermin besar yang tidak kabur).
Artinya: melambangkan sifat terpuji yang harus dimiliki setiap pemimpin.
14.  Tebing runtuh tepian beranak, tanjung putus teluk beralih. (tebing runtuh tepian berpindah, tanjung putus teluk beralih).
Artinya: setiap kejadian selalu membawa perubahan.
15.  Patah lidah utang tumbuh, patah keris badan binaso. (patah lidah hutang tumbuh, patah keris badan binasa).
Artinya:  kelalaian akan mendatangkan kerugian.

Kategori Ungkapan Tradisional (peribahasa) Desa Panca Mulya Kecamatan sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi

Peribahasa tersebut dibagi ke dalam berbagai kategori, yaitu:
1.      Peribahasa yang sesungguhnya
1.      Buluh tuo menyesak kalau ditebang dak beguno.
2.      Pandang aek pandanglah tubo pandang ikan nan kan binaso.
2.      Peribahasa yang tidak lengkap
1.      Elok cakap tengah berumbuk, buruk cakap serambi berumbuk.
2.      Jangan bepikir sekali sudah behemat sekali abis.
3.      Jatuh di tempat nan rato, anyut di arus nan tenang.
4.      Keruh aek di ilir prikso di ulunyo, senak aek di ulu prikso di muaronyo.
5.       Macam narik benang dalam tepung, benang dak putus tepung dak
teserak.
6.      Salah langkah kaki patah, salah jangkau tangan putus.
7.       Ukur mato angan diliat sajo, ukur telingo jangan didengar sajo, kurang
8.      sisik tunas menjadi, kurang siang rumput tumbuh.
9.      Orang kayo betabur urai, urang mulio betabur budi.
10.  Tonggak nan idak dapat digoyangkan, cermin besak nan idak kabur.
11.  Tebing runtuh tepian beranak, tanjung putus teluk beralih.
12.  Patah lidah utang tumbuh, patah keris badan binaso.
3.      Peribahasa Perumpamaan
1.      Laksano kayu di dalam utan patah tumbuh ilang beganti.