Dalam
puisi ini, banyak mengandung bunyi vokal,
dimana akhir setiap kalimat ditandai dengan huruf vokal, lihat pada bait
berikut:
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta,
dari manakah mereka
Ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit
desa
Sebelum peluit kereta pagi terjaga
Sebelum hari bermula dalam pesta kerja
Lihat
kata “mereka” dan “desa”. Dua kata itu diletakkan penyair di akhir kalimat
untuk menimbulkan kesan berirama ketika dibaca. Namun, dari kedua kata itu,
hanya satu huruf terakhir yang identik, yakni huruf “a”. Ini disebut rima tidak
sempurna.
Pemilihan
kata atau diksi juga sangat bagus, seperti kata peluit pada kalimat sebelum
peluit kereta pagi terjaga, peluit disini artinya klakson kereta, kenapa
dipilih kata peluit karna untuk mendapatkan kesan yang lebih puitis. Puisi ini
mengandung majas Simile. Simile adalah membandingkan dua hal yang secara hakiki
berbeda, tetapi mengandung segi-segi yang serupa. Simile biasanya ditandai
dengan kata “bagaikan”, “laksana”, dan lainnya. Perhatikan baris berikut ini:
Mereka ialah ibu-ibu berhati baja
Di
kalimat itu ada pelesapan. Sebenarnya, kata itu bisa ditulis begini:
Mereka ialah ibu-ibu berhati (bagaikan) baja
Fungsi
dari majas Simile adalah tidak hanya menegaskan makna yang hendak disampaikan,
tetapi juga memberikan efek tertentu. Selain simile, puisi ini mengandung majas
personifikasi. Personifikasi adalah mengumpamakan benda mati sebagai orang atau
manusia. Perhatikan baris berikut ini:
Perempuan-perempuan perkasa
Akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke
kota
Tujuan
sang penyair mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup yaitu untuk
menegaskan dan membandingkan. Di puisi ini, sang penyair mengumpamakan “ibu-ibu”
“perempuan-perempuan” dengan “akar”. Seperti yang kita ketahui, kata “akar”
berkaitan dengan kata “pohon”. Kita pun tahu, kata “ibu” berkaitan dengan kata
“keluarga”. Maka, kita akan mencoba membandingkan antara “akar” dengan “ibu”
serta “pohon” dengan “keluarga”.
Pada
tanaman, akar merupakan komponen yang penting, akar juga berfungsi mengokohkan
tegaknya tanaman, begitu pula seolah disamakan antara ibu dengan akar, ketika
kita membaca puisi ini, kita akan memahami agungnya kedudukan
perempuan-perempuan.
Pada
dasarnya, puisi bebas dibuat dalam bentuk apa saja. Ada penyair yang menuliskan
dalam bentuk prosais, tapi ada juga yang menuliskannya dalam bentuk umumnya
puisi seperti bentuk puisi yang kita bicarakan ini. Ia berbentuk bait-bait dan
terdiri dari baris-baris dan pemenggalan katanya pun tidak terikat pada
peraturan bahasa tertentu. Ia bukan berbentuk seperti prosa yang membujur datar
dari kanan ke kiri. Fleksibilitasnya dan kebebasan bentuknya itulah yang
membuat puisi ini benar-benar tampak puitis.
No comments:
Post a Comment