A.
Hakikat
Sosiologi Sastra
Sosiologi
sastra terdiri atas dua kata, yaitu sosiologi dan sastra. Menurut Soerjono Sukanto (1970), sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian
pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan
pola-pola umum kehidupan masyarakat. Sedangkan sastra adalah kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau
buku pengajaran yang baik. Makna kata sastra bersifat lebih spesifik
sesudaah terbentuk menjadi kata jadian, yaitu kesusastraan, artinya kumpulan
hasil karya yang baik.
Sosiologi dan sastra
memiliki objek kajian yang sama, yaitu manusia dalam masyarakat, memahami
hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan antar manusia
tersebut dalam masyarakat. Bedanya, sosiologi melakukan telaah secara objektif
dan ilmiah sedangkan sastra melakukan telaah secara subjektif dan personal.
Swingewood (1972), memandang adanya dua corak penyelidikan sosiologi
yang mengunakan data sastra. Yang
pertama, penyelidikan yang bermula dari lingkungan sosial untuk masuk
kepada hubungan sastra dengan faktor di luar sastra yang terbayang dalam karya
sastra.
Kedua, penyelidikan yang menghubungkan struktur karya sastra kepada
genre dan masyarakat tertentu.
Sapardi
Djoko Damono (1979), salah seorang ilmuwan yang mengembangkan pendekatan
sosiologi sastra di Indonesia, bahwa karya sastra tidak jatuh begitu saja dari
langit, tetapi selalu ada hubungan antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Oleh karena itu,
pemahaman terhadap karya satra pun harus selalu menempatkannya dalam bingkai
yang tak terpisahkan dengan berbagai variable tersebut: pengarang sebagai
anggota masyarakat, kondisi sosial budaya, politik, ekonomi yang ikut berperan
dalam melahirkan karya sastra, serta pembaca yang akan membaca, menikmati,
serta memanfaatkan karya sastra tersebut.
B. Karya
Sastra dalam Perspektif Sosiologi Sastra
Sastra dianggap sebagai salah satu
fenomena sosial budaya, sebagai produk masyarakat. Pengarang, sebagai pencipta karya sastra
adalah anggota masyarakat. Dalam menciptakan karya sastra, tentu dia juga tidak
dapat terlepas dari masyarakat tempatnya hidup, sehingga apa yang digambarkan
dalam karya sastra pun sering kali merupakan representasi dari realitas yang
terjadi dalam masyarakat. Demikian juga, pembaca yang menikmati karya sastra.
Pembaca pun merupakan anggota masyarakat, dengan sejumlah aspek dan latar
belakang sosial budaya, poltik, dan psikologi yang ikut berpengaruh dalam
memilih bacaan maupun memaknai karya yang dibacanya.
Bertolak dari hal tersebut, maka dalam perspektif
sosiologi sastra, karya sastra antara lain dapat dipandang sebagai produk masyarakat, sebagai sarana
menggambarkan kembali (representasi) realitas dalam masyarakat. Sastra juga
dapat menjadi dokumen dari realitas sosial budaya, maupun politik yang terjadi
dalam masyarakat pada masa tertentu. Di samping itu, sastra juga dapat menjadi
sarana untuk menyampaikan nilai-nilai ataupun ideologi tertentu pada masyarakat
pembaca. Bahkan, sastra juga sangat mungkin menjadi alat melawan kebiadaban
atau ketidakadilan dengan mewartakan nilai-nilai yang humanis. Uraian berbagai
macam varian sosiologi sastra pada bab berikutnya, akan menjelaskan berbagai
macam perspektif sosiologi sastra dalam memandang keberadaan karya sastra.
mas saya mohon izin review.. untuk bahan penelitian.. apa saya bisa meminta referensi buku dari blog yg mas buat di atas?
ReplyDelete