TUGAS
Alam Pikiran Fungsional Mitis dan Ontologis
Tatit Hari Pamungkas
NIM/BP 17356/2010
A.
Pendahuluan
Dewasa ini terdapat
pergeseran-pergeseran arti kebudayaan. Disamping tidak melihat seseorang
sebagai orang yang modern atau primitive. Kebudayaan seseorang dibagi tiga
tahap, yaitu tahap mitis, tahap ontologis, dan tahap fungsional. Dalam
menjalankan tahap tersebut, khususnya pada tahap ketiga yaitu fungsional,
diperlukan strategi-strategi agar kebudayaan yang sedang dijalankan atau
kebudayaan ke depan bisa berjalan dengan matang.
B.
Isi
1.
Hakikat Alam
Pikiran Fungsional
Alam pikiran fungsional menyangkut hubungan, pertautan dan relasi. Alam
pikiran manusia selalu mengandung aspek-aspek fungsionil. Dalam alam pikiran
fungsionil nampak bagaimana manusia dan
dunia saling menunjukkan, relasi, kebertautan antara yang satu dengan yang
lain. Jika dalam mitis ada magi,
dalam ontologis ada substansialisme, maka dalam alam fungsionil ada
operasional. Sikap fungsionil
lebih menunjukkan suatu tanggung jawab daripada suatu tahap yang telah
tercapai.
2.
Perbedaan Alam
Pikiran Mitis Ontologis dan Fungsional
Alam pikiran mitis
yaitu sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan
gaib di sekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau kekuasaan
kesuburan. Sedangkan alam pikiran ontologism, sikap manusia yang tidak lagi
dalam kepungan kekuasaan mitis, melainkan secara bebas ingin meneliti segala
hal ihwal, dalam tahap ini manusia mulai mengambil jarak terhadap segala
sesuatu yang dirasakan mengepung manusia. Pada tahap ini manusia mulai menyusun
suatu ajaran atau teori mengenai dasar hakekat segala sesuatu dan segala
sesuatu menurut perinciannya. Sedangkan pada alam pikiran fungsional, bagaimana manusia
ingin memperlihatkan daya-daya kekuatan sekitarnya atau menjadikan semuanya itu
sesuatu yang dialami. Dalam pikiran refleksi, kesadaran sosial, kesenian dan
religi, manusia berusaha mewujudkannya, bagaimana sesuatu mempunyai arti atau
tidak berarti.
3.
Produk Budaya
Implikasi dari Alam Pikiran Fungsional
Dalam
gambar strategi fungsional nampak sebagai berikut, strategi kebudayaan sebetulnya lebih luas dari pada
hanya menyusun suatu policy tertentu mengenai kebudayaan. Di belakang policy kebudayaan
seperti disusun oleh pemerintah atau diperjuangkan oleh sekelompok seniman atau
ilmiawan, terpampang masalah-masalah yang lebih luas jangkauannya. Seperti
misalnya pertanyaan-pertanyaan menyangkut tujuan hidup, makna kehidupan, norma
yang mengatur kontak antar manusia, dsb. Dan oleh karena pertanyaan itu,
manusia selalu berusaha menemukan jawaban-jawabannya. Maka teruslah proses
dinamika sejarah tersebut.
C.
Penutup
Antara
alam pikiran fungsional, mitis, dan ontologis memiliki perbedaan, sebagaimana
dijelaskan diatas. Bila ada kekurangan, penulis mohon maaf.
D.
Sumber
Bacaan
Puersen, Van. Strategi
Kebudayaan. Yogyakarta:
Kanisius.
No comments:
Post a Comment