Wednesday, September 19, 2012

Pengertian Wacana

Wacana berasal dari bahasa Inggris discourse, yang artinya antara lain ”Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya.” Pengertian lain, yaitu ”Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.” Jadi, wacana dapat diartikan adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau logis. Dalam wacan,a setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan.
Setiap wacana memiliki tema sebab tema merupakan hal yang diceritakan atau diuraikan sepanjang isi wacana. Tema menjadi acuan atau ruang lingkup agar isi wacana teratur, terarah dan tidak menyimpang ke mana-mana. Sebelum menulis wacana, seseorang harus terlebih dahulu menentukan tema, setelah itu baru tujuan. Tujuan ini berkaitan dengan bentuk atau model isi wacana. Tema wacana akan diungkapkan dalam corak atau jenis tulisan seperti apa itu bergantung pada tujuan dan keinginan si penulis. Setelah menetapkan tujuan, penulis akan membuat kerangka
karangan yang terdiri atas topik-topik yang merupakan penjabaran dari tema. Topik-topik itu disusun secara sistematis. Hal itu dibuat sebagai pedoman agar karangan dapat terarah dengan memperlihatkan pembagian unsur-unsur karangan yang berkaitan dengan tema. Dengan itu, penulis dapat mengadakan berbagai perubahan susunan menuju ke pola yang sempurna. Membuat kerangka karangan sangat dianjurkan sebelum penulisan, terutama bagi pengarang pemula.

Kerangka karangan bermanfaat sebagai berikut.
1. Pedoman agar penulisan dapat teratur dan terarah.
2. Penggambaran pola susunan dan kaitan antara ide-ide pokok/topik.
3. Membantu pengarang melihat adanya pokok bahasan yang
    menyimpang dari topik dan adanya ide pokok yang sama.
4. Menjadi gambaran secara umum struktur ide karangan sehingga
    membantu pengumpulan bahan-bahan pustaka yang diperlukan.

Agar penyusunan kerangka karangan dapat efektif menjadi acuan pembuatan karangan, langkah yang mesti ditempuh oleh pengarang untuk menyusun kerangka karangan adalah seperti berikut.
(1) Menentukan tema/topik karangan
(2) Menjabarkan tema ke dalam topik-topik/subtema
(3) Mengembangkan topik-topik menjadi subtopik
(4) Menginvestaris sub-sub topik
(5) Menyeleksi topik dan sub-subtopik yang cocok
(6) Menentukan pola pengembangan karangan

Kerangka karangan dapat ditulis dalam dua bentuk, berikut.
1. Kerangka kalimat, ialah kerangka karangan yang disusun dalam bentuk kalimat-
    kalimat lengkap yang menjabarkan ide-ide pokok karangan.
2. Kerangka topik, ialah kerangka karangan yang dituangkan dalam bentuk frasa dan                                         
    klausa sehingga tampak lebih praktis. Penyusunan kerangka karangan dapat                                              
    berbentuk kalimat dan frasa a tau klausa sekaligus, meskipun yang lebih banyak                                                    
    digunakan adalah kerangka topik. Berikut contoh kedua bentuk penyusunan                                     
    kerangka     karangan tersebut.

Contoh kerangka kalimat:
Membuka usaha warnet di tengah perkembangan teknologi informasi.
1. Masuknya ajaran komputer di sekolah-sekolah menambah pengetahuan
    tentang teknologi informasi.
2. Perkembangan sarana komputer menjadi sarana jaringan informasi
     melalui internet.
3. Penggunaan internet menjadi kebutuhan remaja dan anak sekolah.
4. Memanfaatkan minat remaja dan anak sekolah dengan membuka
warnet.

Contoh kerangka topik
Antisipasi lonjakan arus mudik lebaran :
1. Jumlah Pemudik Lebaran
    a. perkiraan lonjakan jumlah pemudik
    b. sarana angkutan yang dipersiapkan
    c. sarana angkutan yang diandalkan
2. Pengaturan jalur Jakarta-Surabaya
    a. jalur utara
    b. jalur selatan
    c. kemacetan lalu lintas dan usaha pencegahannya
3. Petunjuk pemanfaatan jalur
    a. dari DLLAJR
    b. dari instansi terkait

Jenis-Jenis Wacana

Berdasarkan bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi
wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi.

1. Narasi

Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian                                                 
atau peristiwa. Narasi dapat berisi fakta, misalnya biografi (riwayat seseorang), otobiografi/riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri, atau kisah pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi ekspositorisNarasi bisa juga berisi cerita khayal/fiksi atau rekaan seperti yang biasanya terdapat pada cerita novel atau cerpen. Narasi ini disebut dengan narasi imajinatif.

Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah:
(1) kejadian,
(2) tokoh,
(3) konflik,
(4) alur/plot.
(5) latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.

Narasi diuraikan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung yang menyatakan waktu atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan harinya, atau setahun kemudian kerap dipergunakan.
Tahapan menulis narasi, yaitu sebagai berikut.
(1) menentukan tema cerita
(2) menentukan tujuan
(3) mendaftarkan topik atau gagasan pokok
(4) menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara
      kronologis atau urutan waktu.
(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan.  Kerangka karangan yang bersifat     
      naratif dapat dikembangkan dengan pola urutan waktu. Penyajian berdasarkan
      urutan waktu adalah urutan yang didasarkan pada tahapan-tahapan peristiwa atau
      kejadian. Pola urutan waktu ini sering digunakan pada cerpen, novel, roman, kisah  
      perjalanan, cerita sejarah, dan sebagainya.

2. Deskripsi

Kata deskripsi berasal dari bahasa latin discribere yang berarti gambaran, perincianatau pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan pengalaman penulisnya. Tujuannya adalah pembaca memperoleh kesan atau citraan sesuai dengan pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulis sehingga seolah-olah pembaca yang melihat, merasakan, dan mengalami sendiri obyek tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.

Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu
sebagai berikut.
a. Deskripsi Imajinatif/Impresionis ialah deskripsi yang menggambarkan
    objek benda sesuai kesan/imajinasi si penulis.
b. Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek  
    berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat. Kita dapat membuat   
    karangan deskripsi secara tidak langsung, yaitu dengan mengamati informasi dalam
    bentuk nonverbal berupa gambar, grafik, diagram, dan lain-lain. Apa saja yang
    tergambarkan dalam bentuk visual tersebut dapat menjadi bahan atau fakta yang
    akurat untuk dipaparkan dalam karangan deskripsi karena unsur dasar karangan ini
    adalah pengamatan terhadap suatu objek yang dapat dilihat atau dirasakan.

Tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu:
(1) menentukan objek pengamatan
(2) menentukan tujuan
(3) mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan
(4) menyusun kerangka karangan
(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Pengembangan kerangka karangan bercorak deskriptif dapat berupa penyajian parsial atau tempat. Penyajian urutan ini digunakan bagi karangan yang mempunyai pertalian sangat erat dengan ruang atau tempat. Biasanya bentuk karangannya deskriptif. Pola uraiannya berangkat dari satu titik lalu bergerak ke tempat lain, umpamanya dari kiri ke kanan, atas ke bawah, atau depan ke belakang.

3. Eksposisi

Kita eksposisi berasal dari bahasa Latin exponere yang berarti: memamerkan, menjelaskan, atau menguraikan. Karangan eksposisi adalah
karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalahmakalah untuk seminar, simposium, atau penataran.
Untuk mendukung akurasi pemaparannya, sering pengarang eksposisi menyertakan bentuk-bentuk nonverbal seperti grafik, diagram, tabel, atau bagan dalam karangannya. Pemaparan dalam eksposisi dapat berbentuk uraian proses, tahapan, cara kerja, dan sebagainya dengan pola pengembangan ilustrasi, definisi, dan klasifikasi.

Karangan eksposisi juga dapat ditulis berdasarkan fakta suatu peristiwa, misalnya, kejadian bencana alam, kecelakaan, atau sejenis liputan berita. Meskipun bentuk karangannya cenderung narasi, namun kita dapat membuatnya menjadi bentuk paparan dengan memusatkan uraian pada tahapan, atau cara kerja, misalnya cara menanggulangi penyebaran virus flu furung, mengantisipasi wabah DBD dengan 3 M, atau evakuasi korban banjir.

Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu sebagai berikut.
(1) menentukan objek pengamatan,
(2) menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi,
(3) mengumpulkan data atau bahan,
(4) menyusun kerangka karangan, dan
(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola
penyajian berikut:

1). Urutan topik yang ada
Pola urutan ini berkaitan dengan penyebutan bagian-bagian suatu benda, hal   atau peristiwa tanpa memproritaskan bagian mana yang terpenting. Semua bagian dianggap bernilai sama.
2). Urutan klimaks dan antiklimaks
Pola penyajian dimulai dari hal yang mudah/yang sederhana
menuju ke hal yang makin penting atau puncak peristiwa dan
sebaliknya untuk anti-klimaks.

Seperti halnya karangan deskripsi, karangan eksposisi pun sering dibuat berdasarkan gambar, bagan, tabel, matriks, dan sejenisnya. Penyajian bentuk-bentuk nonverbal tersebut bisa dimaksudkan  sebagai objek  untuk dijelaskan, tetapi juga bisa sebgai alat bantu untk mengkonkret penjelasan.

4. Argumentasi

Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang. Karangan argumentasi dapat juga berisi tanggapan atau sanggahan terhadap suatu pendapat dengan memaparkan alasan-alasan yang rasional dan logis.

Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut.
(1) menentukan tema atau topik permasalahan,
(2) merumuskan tujuan penulisan,
(3) mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau
      pernyataan yang mendukung,
(4) menyusun kerangka karangan, dan
(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebabakibat,
akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.
1). Sebab-akibat
     Pola urutan ini bermula dari topik/gagasan yang menjadi sebab
      berlanjut topik/gagasan yang menjadi akibat.
      Contoh:
      a. Sebab-sebab kemacetan di DKI Jakarta
a) Jumlah penggunaan kendaraan
b) Ruas jalan yang makin sempit
c) Pembangunan jalur busway
      b. Akibat-akibat kemacetan
a) Terlambat sampai di kantor
b) Waktu habis di jalan
            2). Akibat-sebab
      Pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibat
     dan dilanjutkan dengan hal-hal yang menjadi sebabnya.
     Contoh : Menjaga kelestarian hutan
     1. Keadaan hutan kita
                 2. Fungsi hutan
     3. Akibat-akibat kerusakan hutan
3). Urutan Pemecahan Masalah
     Pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang menggambarkan
                 masalah kemudian mengarah pada pemecahan masalah.
     Contoh :     Bahaya narkoba dan upaya mengatasinya
                        1. Pengertian narkoba
                                    2. Bahaya kecanduan narkoba
a. pengaruh terhadap kesehatan
b. pengaruh terhadap moral
c. ancaman hukumannya
3. Upaya mengatasi kecanduan narkoba
4. Kesimpulan dan saran

Ada bermacam-macam cara metode untuk membuat atau memperkuat arguumentasi antara lain sebagai berikut:
  1. Kausal: pembenaran pendapat dengan mengemukakan alasan  yang berupa sebab-akibat atau akibat-sebab.
  2. keadaan yang memaksa: pembenaran pendapat dengan mengembangkan berbagai jalan buntu sehingga tidak ada jalan alternatif lain
  3. analogi: pembenaran pendapat berdasarkan asumsi bahwa jika dua hal memiliki banyak persamaan maka dalam hal lain tentu ada yang sama pula.
  4. perbandingan: pembenaran perndapat dengan cara membandingkan dua hal , situasi dan kondisi.
  5. pertentangan: pembenaran pendapat dengan mempertentangkan dua situasi /kondisi
  6. kesaksisan: pembenaran pendapat dengan menggunakan / mendasarkan pada keterangan saksi
  7. autoritas: pembenaran pendapat dengan mendasarkan pendapat ahli
  8. generalisasi: pembenaran pendapat/ simpulan berdasarkan data/fakta/ contoh atau kejadian-kejadian yang bersifat khusus.

5. Persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.
Langkah menyusun persuasi:
  1. Menentukan topik/tema
  2. Merumuskan tujuan
  3. Mengumpulkan data dari berbagai sumber
  4. Menyusun kerangka karangan
  5. Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi
Ada bermacam-macam  cara (metode) untuk membuat atau memperkuat persusasi, antara lain sebagai berikut:
  1. Rasionalisasi: Mencari-cari alasan
  2. Identifikasi: Menyamakan diri dengan pendengar
  3. Sugesti: Kata-kata yang tinggi kekuatannya sehingga dapat mempengaruhi orang lain
  4. Kompensasi: mencari pengganti
  5. Proyeksi: Melempar kesalahan
  6. Menakut-nakuti:
  7. Membeber keunggulan/keuntungan

No comments:

Post a Comment